Petranews.com-Medan| Fenomena munculnya pagar bambu yang membentang di perairan laut Tangerang sepanjang 30,16 KM. Namun anehnya, hingga kini Pemerintah tidak mengetahui siapa dan pihak mana yang bertanggung jawab atas munculnya pagar-pagar bambu yang jelas-jelas menutup akses keluar dan masuk para nelayan yang akan mencari ikan sebagai sumber penghidupan bagi keluarganya.
Fenomena aneh di laut Tanggerang inipun mendapat respon dari salah seorang pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan Rustam Effendi Maha, merasa aneh ada pemagaran laut pemerintah tidak tahu.
"Jadi ini aneh bagi kami, ada pemasangan bambu di laut sepanjang 30,16 KM di wilayah perairan Tangerang Pemerintah tidak tahu, inikan alasan yang diluar logika kita, masak pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak tahu adanya pagar bambu di laut, bayangkan sudah lebih dari 6 bulan bambu itu terpasang, masak Pemerintah tidak tahu ini cerita aneh dan lucu saja,"ujar Rustam yang juga Sekretaris DPC HNSI Kota Medan kepada media, Senin (20/1).
Rustam berpendapat, sangat naif jika negara tidak mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab atas terpasangnya ribuan bambu sepanjang 30,16 KM di laut Tangerang, dan sepertinya Pemerintah berupaya mencari dalil ataupun alasan atas ketidak tahuannya.
"Saran saya lebih baik pemerintah jujur saja dan terbuka siapa yang harusnya bertanggung jawab, apalagi pemasangan bambu ini dikaitkan dengan program Proyek Strategis Nasional (PSN) lha Menterinya beralasan tidak tahu pihak mana yang telah memasang bambu-bambu itu di laut, sudahlah hentikan polemik ini dan jujur saja kepada rakyat,"ujarnya.
Dijelaskan Rustam, tidaklah mungkin nelayan yang usahanya mencari ikan di laut, merusak lautnya sendiri, ini tentu hanya sekedar cari sensasi dan alasan yang tidak masuk akal.
"Mana ada nelayan yang mau merusak tempat mencari rezekinya, lebih aneh lagi ada informasi lewat media sosial yang memagari laut itu ya nelayan itu sendiri dengan cara dana patungan beli bambu, dah gila ini, nelayan tradisional yang hidupnya pun pas-pasan masak keluar modal buat pasangin bambu, ini patut dipertanyakan status profesi nelayannya, asli atau palsu?," ujarnya geram.
Ditambahkannya, ada aktor yang memang bermain di sini untuk sekedar mencari keuntungan semata dengan mengorbankan nelayan tradisional.
"Ini harus di usut tuntas aktor intelektualnya, dan kami sebagai pengurus HNSI Kota Medan mengapresiasi langkah cepat dan langkah tegas Presiden Prabowo yang perintahkan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Laut dan Marinir bersama nelayan membongkar bambu-bambu siluman laut itu,"ucapnya. (AS)
0 Komentar