Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1447 H bukan sekadar momentum seremonial keagamaan, melainkan refleksi mendalam terhadap nilai-nilai universal yang dibawa Rasulullah dalam membangun peradaban. Di tengah dinamika kehidupan berbangsa yang semakin kompleks, peringatan Maulid menjadi momentum strategis untuk merefleksikan komitmen kebangsaan menuju Indonesia yang lebih baik.
Lebih dari itu, peringatan ini mengingatkan kita akan pentingnya moralitas dan keteladanan, khususnya dari para pemimpin dan elite politik dalam menjalankan amanah kepemimpinan.
Rasulullah SAW dalam perjalanan dakwahnya telah menunjukkan bagaimana membangun masyarakat yang berkeadilan, toleran, dan sejahtera.
Piagam Madinah yang beliau rumuskan menjadi bukti nyata bagaimana pluralitas dapat dikelola dengan bijak tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keadilan. Dalam konteks Indonesia hari ini, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Rasulullah ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Ketika kita berbicara tentang komitmen kebangsaan, maka tidak dapat dilepaskan dari peran para pemimpin dan elite politik sebagai motor penggerak perubahan. Kepemimpinan Rasulullah SAW memberikan teladan yang sempurna bagaimana seorang pemimpin harus memiliki integritas moral yang tinggi, kejujuran yang tidak terbantahkan, dan dedikasi total untuk kesejahteraan umatnya.
Beliau dikenal sebagai al-Amin (yang terpercaya) bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat harus dibangun melalui konsistensi moral dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam konteks kegaduhan yang belakangan ini terjadi, krisis kepercayaan terhadap institusi politik dan pemimpin menjadi tantangan serius yang menggerus fondasi demokrasi. Berbagai kasus korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan telah menciptakan skeptisme masyarakat terhadap elite politik.
Di sinilah urgensi keteladanan moral pemimpin menjadi sangat vital. Maulid Nabi mengingatkan kita bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang pelayanan dan pengabdian kepada rakyat. Hal ini sesuai dengan pesan bijak yang menjelaskan bahwa saidul qaumi khadimuhum (bahwa hakikat seorang pemimpin adalah pelayan bagi masyarakatnya).
Moralitas dalam kepemimpinan bukan sekadar slogan atau retorika politik, melainkan praktik nyata yang harus tercermin dalam setiap kebijakan dan tindakan.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Prinsip ini seharusnya menjadi landasan bagi setiap pemimpin dalam menjalankan amanah rakyat. Ketika pemimpin memiliki komitmen moral yang kuat, maka kebijakan yang dihasilkan akan berpihak pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Keteladanan pemimpin juga memiliki efek multiplikasi yang luar biasa dalam membentuk karakter bangsa.
Masyarakat cenderung meniru perilaku pemimpinnya, baik yang positif maupun negatif. Jika pemimpin menunjukkan integritas, kejujuran, dan dedikasi, maka nilai-nilai tersebut akan mengakar dalam kultur masyarakat. Sebaliknya, jika pemimpin menunjukkan perilaku koruptif dan oportunistik, maka budaya tersebut akan meracuni tatanan sosial secara keseluruhan.
Dalam semangat Maulid, komitmen kebangsaan harus diwujudkan melalui upaya konkret membangun Indonesia yang lebih baik. Hal ini dimulai dari komitmen para elite politik untuk mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Dialog yang konstruktif, toleransi dalam perbedaan, dan kolaborasi lintas partai politik menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan bangsa, mulai dari kemiskinan, ketimpangan, hingga radikalisme.
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya musyawarah dalam mengambil keputusan. Dalam konteks demokrasi Indonesia, prinsip musyawarah mufakat seharusnya menjadi roh dalam setiap proses pengambilan kebijakan.
Para pemimpin perlu mendengarkan aspirasi rakyat, melibatkan berbagai stakeholder, dan mengutamakan kepentingan bersama. Ego sektoral dan kepentingan politik jangka pendek harus dikesampingkan demi tercapainya tujuan bersama membangun Indonesia yang adil dan makmur.
Momentum Maulid juga mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk generasi pemimpin masa depan. Rasulullah SAW adalah pendidik yang luar biasa yang berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi peradaban yang maju.
Pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai moral dan etika harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan nasional. Generasi muda perlu dibekali tidak hanya dengan pengetahuan akademik, tetapi juga dengan integritas moral yang akan menjadi bekal mereka dalam memimpin bangsa di masa depan.
Selain itu, media massa dan platform digital memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan kultur politik. Para elit politik dan tokoh masyarakat perlu memanfaatkan media secara bijak untuk menyebarkan nilai-nilai positif, bukan untuk kepentingan politik praktis atau menyebarkan hoaks yang dapat memecah belah persatuan bangsa.
Peringatan Maulid juga menjadi momentum untuk memperkuat ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, toleransi dan saling menghormati menjadi kunci keharmonisan. Para pemimpin harus menjadi teladan dalam membangun jembatan komunikasi antar kelompok masyarakat, bukan justru memperpanjang sekat-sekat primordial yang dapat mengancam persatuan bangsa.
Komitmen kebangsaan dalam semangat Maulid juga berarti komitmen untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Rasulullah SAW adalah sosok yang visioner dan adaptif terhadap perubahan tanpa kehilangan prinsip-prinsip fundamental. Para pemimpin Indonesia perlu memiliki visi jangka panjang dan kemampuan beradaptasi dengan dinamika global sambil tetap mempertahankan jati diri bangsa.
Pada akhirnya, Maulid Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa perubahan menuju Indonesia yang lebih baik dimulai dari diri kita masing-masing, khususnya mereka yang diamanahi kepemimpinan. Keteladanan moral, integritas, dan dedikasi terhadap kepentingan bangsa harus menjadi komitmen bersama.
Hanya dengan kepemimpinan yang berintegritas dan bermoral tinggi, Indonesia dapat mencapai cita-cita sebagai bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat.
Semoga momentum Maulid ini dapat menjadi titik balik menuju transformasi moral bangsa yang kita cintai ini. (Dr Muhammad Yafiz, M.Ag Dosen UIN Sumatera Utara)
0 Komentar