Petranews-Medan| Sebelum Muzakarah telah di adakan Pra Muzakarah pada tanggal 14 September 2022 di asrama haji Medan. Dalam kegiatan Pra Muzakarah tersebut telah disampaikan dalam makalah yang berjudul Al-Ihsan menerangkan ilmu kesufian yaitu Muhammad/Insan adalah Allah untuk menerangkan hakikat dari insan itu Allah, yang pada waktu itu ditanyakan kepada MUI Sumatera Utara apakah telah faham?, maka mereka (MUI Sumut) di jawab faham.
Sesuai dengan pendapat Abdul Karim Al-Jilli sebagai Qutubuddin Qutub dalam agama Islam pada kitab Insan Kamil fi ma'rifatil awakhiri wal awaili pada halaman 60 dalam mensyarahkan "Qul Huwalah" mengembalikan dhamir "Huwa" kepada "anta" dengan makna katakan olehmu hai Muhammad dianya engkau itu Allah yang dimaksud adalah hakikat sesuai dengan tafsir isyari bagi orang qawas yaitu orang suluk, bukan tafsir 'ibari bagi orang awam, bukan ta'yen dari Muhammad/insan, sebab ta'yennya adalah mahluk/alam.
Dan juga dari Syamsuddin Sumantrani dalam kitab Jawahir Haqaeq menyampaikan ketahui olehmu engkau adalah Haq pada hakikat, mahluk/alam pada ta'yen dan taqyed lihat halaman 69 dan juga orang-orang bermuraqabah ma'iyah dalam Thareqat Naqsyabandiyah berzikir "La Maujudul Illalah" dalam kitab Majmu' Rasail halaman 55 karangan Sulaiman Zuhdi. Dan pada umumnya seluruh kitab tashawwuf dan keshufian untuk menyatakan hakekat tidak ada yang maujud baik Muhammad atau lainnya kecuali Allah, apalagi diri kita dan kitab Insan Kamil adalah termasuk kategori kitab yang Mu'tabar sesuai dengan pokok-pokok 'aqidah dan syari'at Islam dari lembaga Pentashihan Buku dan Konten Ke-Islaman (LPBKI) MUI Pusat yang ditandatangani oleh Prof H. Endang Sutari AD sebagai Ketua dan Arif Fakhruddin, S.Ag sebagai Sekretaris pada tanggal 20 September 2020 lalu di Jakarta.
Rasa kecewa terhadap MUI Sumut yang telah menggagalkan muzakarah ulama di Sumatera Utara yang semestinya di laksanakan pada tanggal 13 hingga 15 maret 2023, yang telah menghabiskan dana ratusan juta rupiah dengan mempengaruhi Polda , MUI Pusat dan ormas islam di Sumut padahal kegiatan itu telah mendapat ijin dari Mabes Polri.
"Jadi kami sangat kecewa atas sikap dan tindakan MUI Sumatera Utara, padahal anda dan advokat anda dapat melihat dan mempelajari kebanaran dari alasan kitab sebagai dalil dan keterangan yang telah kami sebutkan diatas, antara lain, Kitab Insan Kamil Fi Ma'rifatil Awakhiri Wal Awaili, Jawahir Haqaed dari Syamsudin Sumantrani, Majmu'Rasaail dari Sulaiman Zuhdi dan Lembaga Pentashihan Buku dan Konten Ke-Islaman (LPBKI-MUI Pusat)",ujar Syekh Haji Amran Waly Al-Kholidi lewat rilis yang disampaikan kepada media, Sabtu (13/5).
Menurut Abuya Syekh Amran Waly Al-Kholidi hal ini penting dan perlu di sampaikan agar Ormas-ormas Islam dapat memahami hakikat dan ma'rifat jangan hanya memahami syari'at saja, sebab demikian itu dapat membawa kenifaqan dan kesyirikan.
"Bahwa mengenai ajaran Tashawwuf dan Keshufian itu dipergunakan tafsir isyari/tafsir orang Khawas orang suluk bukan tafsir Ibari yaitu tafsir bagi orang umum sebagaimana tafsir pada kitab-kitab tafsir baik Jalalain dan sebagainya", sambung Abuya.
Hal lain yang disampaikan Abuya, bahwa tafsir Ibari di pergunakan bagi orang syari'at, tafsir Isyari dipergunakan untuk membahas thariqat, hakikat dan ma'rifat. Seperti firman Allah "wadzkur robbaka idza nasiita". (Qs al kahfi 24). Menurut tafsir Ibari "ingat olehmu akan Tuhanmu dengan Insya Allah apabila kamu lupa", sedangkan menurut tafsir Isyari "Ingatlah Tuhanmu apabila kamu telah lupa selainNya Tuhan". Lihat dalam kitab Iqadzul Himam halaman 13 karangan Ahmad 'Ajibah Al Husni, dan juga mengenai tafsir Isyari dalam kitab Iqadzul Himam halaman 361 dan 153. (AS)
0 Komentar