Petranews.com-Medan| Respon pasar terhadap pergantian Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan di respon negatif. Pergantian dengan sosok yang tidak dipercaya pasar, menimbulkan kekhawatiran investor, dan berpotensi menekan pasar saham hingga trading halt (penghentian sementara aktivitas jual beli saham).
Sebab Sri Mulyani selama ini cukup kredibel dengan pasar dan menyambutnya secara positif, hal ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap kepemimpinannya yang dianggap stabil dan mampu mengelola keuangan negara dengan baik.
Namun keputusan Presiden Prabowo Subianto yang merombak struktur Kabinet Merah Putih, cukup mengejutkan banyak pihak, terutama pergantian posisi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang selama ini dikenal cukup luwes dan lihai melobi World Bank dan IMF terkait bantuan pinjaman hutang negara.
Hal ini disampaikan seorang pengamat politik anggaran Sumatera Utara sekaligus mantan Direktur FITRA Sumut Elfanda Ananda terkait Reshuffle Kabinet yang diumumkan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi di Istana Negara Jakarta, Senin 8 September 2025.
"Reshuffle Kabinet Merah Putih jangan sampai menimbulkan reaksi negatif pasar, terutama posisi Menteri Keuangan. Sri Mulyani yang sudah lebih dari 20 tahun mengawal Kementerian Keuangan sangat di kenal, apalagi sosok Sri Mulyani di mata kreditur sangat di hormati," ujar Bang El (sapaan akrabnya) kepada media, Senin (8/9).
Menurut peneliti anggaran ini, pergantian Sri Mulyani harus betul-betul diperhatikan, terkait munculnya sentimen pasar atas pergantian itu, sebab sosok Sri Mulyani dianggap sangat dekat dengan para pelaku pasar, termasuk dengan para petinggi kreditur yang selama ini memperlakukan Indonesia sangat baik.
"Jangan sampai pergantian Sri Mulyani ini menimbulkan gejolak sentimen pasar, sebab pasar sangat sensitif terjadinya pergantian ini, apalagi sosok pengganti Sri Mulyani relatif belum di kenal maka jangan sampai ini menimbulkan masalah dari fiskal, sebab kita tahu kondisi makro ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja, karena itu Presiden Prabowo harus betul-betul cermat merespon dinamika pasar, jangan sampai terjadi turbulensi berpengaruh pada struktur APBN kita,"ucap El secara politis.
Lebih jauh di sampaikan Elfenda, selama ini Sri Mulyani dianggap berhasil mengawal keuangan negara di tengah berbagai hantaman badai ekonomi global, pandemi covid yang mengurus keuangan negara Refocusing dan efesiensi solusi menyelamatkan kondisi keuangan negara, disamping politik hutang tetap menjadi instrumen pembangunan nasional.
"Saya tidak antipati pada kebijakan hutang luar negeri,.selama hutang itu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan nasional, tidak masalah, namun itu wajib di kontrol agar tidak kebablasan. Instrumen hutang dianggap bagian peningkatan pembangunan, inilah tantangan yang wajib di jawab pengganti Sri Mulyani, mengingat jadwal hutang kita sudah jatuh tempo, belum lagi APBN tahun 2026 menimbulkan kecemasan karena berpotensi defisit, inilah PR yang cukup membuat Menteri Keuangan yang baru Purbaya Yudhi Sadewa berfikir keras,"ungkap Bang El.
Di bagian akhir Elfenda mengingatkan agar tata kelola hutang di kalkulasi secara lebih cermat, sehingga tidak menganggu keberlangsungan proses pembangunan, stabilitas politik dan program nasional lainnya.
"Kita berharap Menteri Keuangan Purbaya Sadewa agar betul-betul memperhatikan kebijakan fiskal dan moneter agar pergerakan pasar yang cenderung liar ini tidak kebablasan, kita harapkan DPR RI tetap kawal APBN kita agar tidak keluar dari kepentingan nasional jangka panjang,"ungkapnya.
Dibagian akhir di nyatakan Elfenda, beban APBN disebabkan belanja yang semakin tinggi, di satu sisi pendapatan negara tidak mampu mengikutinya, ini menjadi PR lainnya bagi Menteri Keuangan yg baru.
"Kegagalan program tax amnesty karena tidak tegasnya pemerintah serta lemahnya penegakan hukum,"tegas Bang El. (AS)
0 Komentar